Categories
Berita Internasional Home

Drama di Gedung Putih! Zelensky Diusir, AS Tetap Minta Maaf

Hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Ukraina kembali diperburuk setelah insiden cekcok mulut antara Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dan Presiden AS, Donald Trump, yang terjadi di Ruang Oval, Gedung Putih pada Jumat (28/2). Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, mengungkapkan bahwa Zelensky seharusnya meminta maaf atas kekacauan yang ditimbulkan selama pertemuan tersebut.

Rubio menilai pertemuan antara kedua pemimpin negara itu sebagai sebuah kegagalan. Menurutnya, sikap agresif yang ditunjukkan Zelensky selama diskusi mengenai perdamaian dengan Rusia justru semakin memperburuk situasi. “Dia tidak perlu datang dan bertindak antagonis. Jika Anda memulai pembicaraan dengan sikap agresif, terutama dengan seorang Presiden yang dikenal sebagai pembuat kesepakatan, itu tidak akan menciptakan kondisi yang mendukung negosiasi,” ujar Rubio.

Pernyataan Rubio semakin menegaskan ketegangan yang melanda hubungan antara AS dan Ukraina, yang semakin memanas setelah momen penting ini. Rubio bahkan mempertanyakan keseriusan Zelensky dalam mencapai perdamaian dengan Rusia, yang hingga saat ini masih menduduki sebagian wilayah Ukraina. “Zelensky mengatakan bahwa dia menginginkan perdamaian, tapi apakah dia benar-benar menginginkannya? Mungkin saja tidak,” tambah Rubio.

Pertemuan yang dimaksud berlangsung setelah kedatangan para pemimpin Inggris dan Prancis di Washington, yang bertujuan untuk mendesak AS agar memainkan peran lebih aktif dalam menengahi konflik Ukraina-Rusia. Namun, pertemuan tersebut berakhir tanpa hasil yang memadai, baik mengenai akses AS terhadap mineral tanah jarang Ukraina maupun mengenai potensi perjanjian damai dengan Rusia.

Insiden Memanas di Ruang Oval

Insiden cekcok yang terjadi di Gedung Putih bermula saat Zelensky dan Trump bertemu untuk mendiskusikan perjanjian yang mencakup akses Amerika Serikat ke sumber daya mineral tanah jarang Ukraina serta jaminan keamanan bagi Ukraina. Namun, ketegangan mulai muncul ketika pembicaraan beralih ke topik perundingan damai dengan Rusia.

Trump, bersama dengan Wakil Presiden AS, JD Vence, mulai berteriak kepada Zelensky, menuduhnya tidak bersyukur atas bantuan yang diberikan AS selama tiga tahun terakhir. Situasi semakin memanas ketika Trump mengancam untuk menarik diri dari Ukraina, yang selama ini telah menjadi sekutu utama bagi Amerika Serikat. “Ukraina harus membuat kompromi dalam perundingan damai dengan Rusia,” kata Trump, menuntut agar negara tersebut mempertimbangkan negosiasi dengan pihak yang telah menginvasi wilayah mereka.

Namun, Zelensky dengan tegas menolak ide tersebut. “Tidak ada kompromi dengan pembunuh di tanah kami,” tegasnya, merujuk pada pasukan Rusia yang telah menduduki sebagian wilayah Ukraina. Respons keras dari Zelensky semakin memperburuk suasana di Ruang Oval.

Di tengah ketegangan tersebut, media AS melaporkan bahwa pejabat tinggi pemerintahan Trump, setelah melihat suasana yang semakin tegang, meminta Zelensky untuk meninggalkan Gedung Putih. Meskipun ada keinginan dari pihak Ukraina untuk melanjutkan pembicaraan, Zelensky akhirnya memutuskan untuk angkat kaki dari Washington, meninggalkan ruang pertemuan yang seharusnya menjadi ajang dialog penting bagi kedua negara.

Ketegangan yang Menyudutkan Ukraina

Pernyataan Marco Rubio dan kejadian di Gedung Putih tersebut menandai kemunduran yang signifikan dalam hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Ukraina. Ketegangan yang berkembang menjadi insiden seperti ini semakin memperburuk posisi Ukraina di mata dunia internasional. Sementara itu, AS, di bawah pemerintahan Trump, terus mempertanyakan komitmen Ukraina terhadap perundingan damai, yang membuat banyak pihak bertanya-tanya mengenai langkah selanjutnya dalam upaya perdamaian di wilayah tersebut.

Ke depan, tampaknya akan lebih banyak tantangan bagi Ukraina untuk mendapatkan dukungan internasional, terutama dari AS, dalam menghadapi Rusia yang semakin memperbesar cengkeramannya di wilayah Ukraina. Di sisi lain, langkah-langkah strategis dan diplomatik yang akan diambil oleh kedua negara besar ini akan sangat menentukan masa depan hubungan mereka dan proses perdamaian yang diharapkan dapat tercapai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *