Categories
Berita Internasional Home

BRICS Tantang Dominasi Dolar AS, Trump Beri Peringatan Keras

Presiden AS Donald Trump mengungkapkan kekhawatirannya terhadap upaya BRICS yang berusaha mengurangi dominasi dolar Amerika Serikat dalam perdagangan global. Menurut laporan kantor berita Rusia, Sputnik, pada Sabtu, Trump menyatakan bahwa jika langkah tersebut berhasil, dampaknya bisa signifikan bagi AS dan ekonomi dunia.

“Ini akan menjadi sesuatu yang buruk bagi negara kita dan bagi dunia. Mereka berkumpul untuk melemahkan dolar,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada Kamis.

BRICS, yang dibentuk pada 2006 oleh Rusia, China, India, dan Brasil, berkembang dengan bergabungnya Afrika Selatan pada 2011. Sejak 2024, beberapa negara tambahan, termasuk Indonesia, telah resmi menjadi anggota. Blok ini dikenal dengan upayanya memperkuat kerja sama ekonomi dan mencari alternatif terhadap dominasi dolar AS dalam perdagangan internasional.

Pada Januari lalu, Trump mengancam akan mengenakan tarif 100 persen terhadap impor dari negara-negara BRICS jika mereka benar-benar meluncurkan mata uang baru atau mendorong penggunaan mata uang lain sebagai pengganti dolar AS. Ancaman ini mencerminkan ketegangan yang semakin meningkat dalam kebijakan ekonomi global.

BRICS sebelumnya telah mendiskusikan opsi untuk memperluas penggunaan mata uang nasional mereka dalam transaksi perdagangan serta kemungkinan menciptakan mata uang bersama. Namun, hingga kini belum ada keputusan final. Langkah ini mengindikasikan keseriusan negara-negara anggota dalam mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS yang selama ini mendominasi sistem keuangan dunia.

Beberapa analis menilai bahwa jika BRICS benar-benar meluncurkan mata uang alternatif atau memperkuat penggunaan mata uang nasional masing-masing, dominasi dolar AS dalam ekonomi global bisa terguncang. Dampaknya bisa meluas, mulai dari ketegangan geopolitik hingga perubahan besar dalam sistem keuangan internasional. Sementara itu, pemerintahan Trump terus memantau situasi ini dengan cermat dan berencana mengambil langkah strategis untuk melindungi kepentingan ekonomi AS.