Categories
Berita Internasional Home

UNRWA Beri Harapan! 130 Sekolah Darurat Dibuka di Gaza

Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, mengumumkan bahwa pihaknya telah membuka 130 pusat pendidikan darurat bagi anak-anak di Gaza, Palestina. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk memberikan akses pendidikan kepada anak-anak yang terdampak konflik berkepanjangan.

Dalam unggahannya di platform X pada Sabtu (15/3), Lazzarini menyoroti peran UNRWA dalam menyediakan pembelajaran langsung bagi anak-anak Gaza yang telah menghadapi penderitaan akibat serangan Israel selama hampir 16 bulan terakhir.

“Tim kami telah membuka 130 tempat pembelajaran darurat di sekolah-sekolah serta lokasi pengungsian di seluruh Gaza. Saat ini, sekitar 47 ribu anak telah mendapatkan akses ke pembelajaran tatap muka,” tulisnya.

Ia juga menegaskan bahwa UNRWA tetap menjadi lembaga utama dalam menyediakan pendidikan darurat dan dukungan psikososial bagi anak-anak di wilayah tersebut.

Pendidikan sebagai Harapan di Tengah Krisis

Menurut Lazzarini, pendidikan memiliki peran penting dalam membantu anak-anak Gaza memulihkan diri dari trauma akibat serangan sporadis Israel.

“Pendidikan membantu mereka pulih dan kembali terhubung dengan masa kecil mereka. Ini adalah elemen krusial untuk mengatasi dampak psikologis yang luar biasa akibat konflik yang mereka alami,” ujarnya.

Ia memperingatkan bahwa kegagalan dalam memastikan pendidikan bagi anak-anak Gaza dapat meningkatkan risiko radikalisasi dan memperpanjang siklus kekerasan.

“Jika anak-anak ini tidak mendapatkan akses pendidikan, maka kita hanya akan menanam benih kebencian dan ekstremisme yang lebih besar,” tambahnya.

Lazzarini juga menekankan bahwa tidak ada waktu yang boleh terbuang dalam upaya menyelamatkan generasi muda Palestina dari kehilangan masa depan mereka.

Serangan Israel ke Gaza Terus Berlanjut

Di tengah upaya UNRWA untuk menyediakan pendidikan darurat, serangan udara Israel ke Gaza masih berlanjut. Pada Sabtu (15/3), serangan di Beit Lahia, Gaza Utara, menewaskan sedikitnya sembilan orang dan melukai banyak lainnya.

Menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina, serangan tersebut merupakan yang paling mematikan sejak gencatan senjata mulai berlaku pada Januari 2025. Beberapa korban luka kritis telah dilarikan ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza untuk mendapatkan perawatan medis.

Sementara itu, militer Israel (IDF) mengklaim bahwa serangan tersebut ditujukan kepada dua individu yang mereka sebut sebagai ancaman bagi pasukan mereka di Beit Lahia.

Proses Negosiasi Gencatan Senjata Masih Buntu

Di sisi lain, proses negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas masih menemui jalan buntu. Kedua pihak sebelumnya telah menyepakati gencatan senjata fase pertama yang berlangsung sejak 19 Januari hingga 1 Maret. Namun, hingga kini, mereka belum mencapai kesepakatan untuk fase kedua.

Israel dikabarkan ingin memperpanjang fase pertama, sementara Hamas menegaskan bahwa mereka hanya akan menerima gencatan senjata yang mencakup kesepakatan permanen. Hamas menolak usulan perpanjangan 50 hari yang diajukan oleh Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.

Selama fase pertama gencatan senjata, Hamas telah membebaskan 25 sandera hidup dan menyerahkan delapan jenazah, sementara Israel membebaskan sekitar 1.800 tahanan Palestina dari berbagai penjara.

Meski negosiasi terus berlangsung, situasi di Gaza masih jauh dari stabil. Serangan udara dan pertempuran darat yang terus terjadi semakin memperburuk kondisi warga sipil, terutama anak-anak yang kehilangan kesempatan untuk hidup dengan aman dan mendapatkan pendidikan yang layak.

Dengan upaya UNRWA dalam menyediakan pendidikan darurat di tengah konflik yang masih berkecamuk, harapan bagi anak-anak Gaza untuk memiliki masa depan yang lebih baik masih tetap ada, meskipun tantangan yang mereka hadapi semakin besar.

Categories
Berita Internasional Home

Masalah Toilet Bikin Pesawat Terbang 5 Jam Kembali ke Bandara

Penerbangan Air India rute Chicago menuju New Delhi mengalami insiden tak terduga pada Rabu, 5 Maret 2025, yang memaksa pesawat kembali ke bandara asal setelah terbang selama lima jam. Pesawat tersebut menghadapi masalah serius dengan sistem toilet, di mana delapan dari 12 toilet di dalam pesawat mengalami penyumbatan. Penyebabnya adalah penumpang yang membuang barang-barang tak semestinya seperti kantong plastik, kain lap, dan pakaian ke dalam toilet pesawat.

Insiden ini terjadi saat pesawat sudah berada di atas wilayah Greenland, dengan tujuan akhir yang seharusnya memakan waktu perjalanan sekitar 14 jam. Namun, setelah mengalami gangguan pada sistem pembuangan, pihak maskapai memutuskan untuk kembali ke Bandara Internasional O’Hare di Chicago, mengingat terbatasnya bandara yang dapat menerima pendaratan darurat pada malam hari di Eropa.

Dalam pernyataan resmi Air India, maskapai menjelaskan bahwa kejadian ini bukan pertama kalinya terjadi. Sebelumnya, mereka pernah menghadapi masalah serupa, di mana barang-barang seperti selimut, pakaian dalam, hingga popok ditemukan menyumbat saluran pembuangan toilet pesawat. “Insiden ini menjadi sangat serius karena sebagian besar toilet pesawat mengalami gangguan, yang membuat penumpang tidak dapat menggunakan fasilitas tersebut selama perjalanan,” ungkap pihak Air India.

Kondisi ini membuat para penumpang harus menahan kebutuhan biologis mereka selama berjam-jam hingga pesawat kembali ke Chicago. Sesampainya di bandara, penumpang dan awak kabin bisa turun dengan normal, dan maskapai segera memberikan akomodasi untuk mengurangi ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Selain itu, Air India juga mengatur penerbangan alternatif bagi penumpang yang terdampak dan menawarkan pengembalian dana sebagai bentuk kompensasi.

Namun, sejumlah penumpang melaporkan adanya kesulitan dalam prosedur pengaturan ulang penerbangan atau mendapatkan pengembalian dana. Insiden ini mengundang perhatian, mengingat gangguan pada sistem toilet pesawat bukanlah hal yang langka dalam industri penerbangan. Beberapa kasus sebelumnya bahkan memaksa maskapai untuk membatalkan penerbangan atau melakukan pendaratan darurat meski hanya ada satu atau dua toilet yang mengalami masalah.

Meski terjadinya insiden yang merugikan ini, Air India berkomitmen untuk memastikan pengalaman penerbangan yang lebih lancar dan aman ke depannya, sembari meminimalisir gangguan yang dapat menambah ketidaknyamanan penumpang.

Categories
Berita Internasional Home

Putin Siap Hentikan Perang dengan Ukraina, tapi Tak Tanpa Syarat

Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan kesediaannya untuk menerima usulan gencatan senjata dengan Ukraina yang diajukan oleh Amerika Serikat. Namun, ia menegaskan bahwa setiap kesepakatan yang dibuat harus mampu menyelesaikan akar permasalahan dari konflik yang berlangsung. Hal ini disampaikan Putin dalam konferensi pers bersama Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, di Moskow pada Kamis (13/3).

“Kami tidak menolak gagasan untuk menghentikan pertempuran. Namun, kami berpandangan bahwa penghentian ini harus mengarah pada perdamaian jangka panjang dan menuntaskan sumber utama dari krisis ini,” ujar Putin.

Selain itu, Putin menegaskan bahwa Rusia selalu terbuka terhadap solusi damai dalam mengakhiri perang. Ia juga mengapresiasi perhatian yang diberikan oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap upaya penyelesaian konflik ini.

Putin menyebut bahwa Rusia akan menilai langkah-langkah selanjutnya berdasarkan perkembangan situasi di lapangan. Ia menyoroti pentingnya komunikasi dengan pihak Amerika terkait wacana gencatan senjata ini.

“Saya kira perlu ada pembicaraan lebih lanjut dengan pihak Amerika, mungkin dengan Presiden Trump secara langsung,” tambahnya.

Meskipun menyatakan kesepakatan awal terkait usulan gencatan senjata, Putin menyoroti tantangan dalam implementasi perjanjian tersebut. Menurutnya, pemantauan terhadap gencatan senjata menjadi sulit karena panjangnya perbatasan antara Rusia dan Ukraina.

Putin juga menilai bahwa kesepakatan gencatan senjata 30 hari yang diterima oleh Ukraina bisa menjadi keuntungan bagi mereka.

Sebelumnya, Ukraina telah menyatakan kesiapan untuk mendukung gencatan senjata selama 30 hari dengan Rusia. Kesepakatan ini dibahas dalam pertemuan yang berlangsung di Jeddah, Arab Saudi, antara delegasi pemerintahan Presiden Volodymyr Zelensky, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, serta perwakilan negara lainnya.

Sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022, konflik berkepanjangan terus terjadi dengan pertempuran di berbagai wilayah. Berbagai pihak di komunitas internasional telah mendesak agar kedua negara segera mencapai gencatan senjata, meskipun belum ada satu pun proposal damai yang benar-benar diterima secara penuh oleh kedua belah pihak.

Dengan adanya kesepakatan ini, harapan akan perdamaian semakin terbuka. Namun, tantangan dalam merealisasikan gencatan senjata tetap menjadi perhatian utama bagi Rusia, Ukraina, dan komunitas internasional.

Categories
Berita Internasional Home

Jantung Titanium! Pria Australia Sukses Hidup 100 Hari Tanpanya

Seorang pria asal Australia mencatatkan sejarah medis dengan berhasil hidup selama 100 hari menggunakan jantung titanium buatan, sementara menunggu donor jantung. Periode ini menjadi yang terpanjang yang tercatat untuk penggunaan teknologi tersebut. Keberhasilan ini menjadi langkah penting dalam pengembangan alat medis untuk penderita gagal jantung yang membutuhkan solusi jangka panjang.

Pasien yang berusia 40 tahun ini menjalani operasi pemasangan jantung buatan di Rumah Sakit St. Vincent, Sydney, Australia, pada November 2024. Prosedur tersebut dilakukan setelah pasien didiagnosis dengan gagal jantung parah. Setelah menjalani operasi, pihak rumah sakit menyatakan bahwa kondisi pasien kini stabil dan dalam keadaan baik.

Jantung buatan yang digunakan pada pasien ini dikembangkan oleh BiVACOR, sebuah perusahaan yang mengkhususkan diri dalam inovasi medis, bekerja sama dengan Monash University. Alat ini, yang dikenal dengan nama BiVACOR Total Artificial Heart (TAH), dirancang untuk menggantikan kedua ventrikel jantung yang rusak, dan memompa darah ke seluruh tubuh serta paru-paru. Yang menarik dari teknologi ini adalah bahan titanium yang digunakan, serta desainnya yang tanpa katup atau bantalan mekanis, mengurangi kemungkinan keausan yang sering menjadi masalah pada perangkat serupa.

Walaupun jantung buatan ini menunjukkan potensi luar biasa dalam menyokong hidup pasien selama jangka waktu yang lama, teknologi ini masih dalam tahap uji coba dan belum disetujui untuk digunakan secara luas. Namun, hasil ini menunjukkan bahwa BiVACOR TAH memiliki kemungkinan besar untuk menjadi solusi jangka panjang bagi pasien yang menunggu transplantasi jantung.

Daniel Timms, pendiri BiVACOR, mengungkapkan rasa syukur dan kegembiraannya atas pencapaian ini. “Kami sangat berterima kasih kepada pasien dan keluarganya yang telah mempercayakan nyawa mereka pada kami. Keberanian mereka memberikan harapan baru bagi banyak pasien lain yang membutuhkan teknologi penyelamat nyawa ini,” ujar Timms.

Keberhasilan penggunaan jantung titanium buatan ini tidak hanya memberikan harapan bagi pasien gagal jantung yang terkatung-katung menunggu donor, tetapi juga membuka peluang besar untuk pengembangan lebih lanjut dalam dunia medis. Dengan inovasi ini, diharapkan dapat tercipta solusi yang lebih efisien dan dapat menyelamatkan banyak nyawa di masa depan.

Categories
Berita Internasional Home

Sensasi Bukber di Stadion Timnas Inggris, WNI Berbagi Pengalaman

Ramadhan, bulan suci bagi umat Muslim, tak hanya dirayakan di negara-negara mayoritas Muslim, tetapi juga di Inggris. Meskipun bukan negara dengan populasi Muslim terbesar, semangat Ramadhan tetap terasa, terutama di London. Salah satu yang mencuri perhatian adalah dekorasi kota yang semakin meriah setiap tahunnya. Pusat kota London dihiasi dengan ribuan lampu LED bertema Ramadhan yang memberikan nuansa khusus dan memperkuat rasa kebersamaan di bulan penuh berkah ini.

Menurut laporan BBC pada Kamis (27/2/2025), tidak hanya masyarakat biasa yang turut merayakan, tetapi juga anggota kerajaan. Raja Charles III dan Ratu Camilla ambil bagian dalam suasana Ramadhan dengan mengemas kurma dalam tas kecil yang nantinya akan dikirimkan ke rumah sakit. Ini adalah bentuk dukungan mereka terhadap umat Muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa.

Open Iftar: Ajang Silaturahmi Antarumat Beragama

Selain dekorasi kota yang menambah keceriaan, banyak acara buka puasa bersama atau open iftar yang diadakan di berbagai tempat umum. Salah satu yang paling ikonik adalah open iftar yang digelar di Stadion Wembley, yang dihadiri oleh warga dari berbagai negara. Eko Kurniawan, seorang warga negara Indonesia yang tinggal di London, berbagi pengalamannya mengikuti acara ini. “Tahun lalu saya ikut open iftar di Stadion Wembley bersama sekitar 350 orang dari berbagai negara,” ungkap Eko.

Sebelum berbuka, azan dikumandangkan langsung di dalam stadion, memberikan atmosfer yang khas dan mendalam. Open iftar ini telah berlangsung sejak 2019 dan selalu disertai dengan sesi diskusi serta tanya jawab yang melibatkan tamu undangan. Eko menambahkan bahwa acara ini terus berkembang pesat setiap tahunnya, dengan jumlah peserta yang semakin banyak, sehingga sistem tiket gratis diperkenalkan untuk membatasi kapasitas peserta.

Tahun ini, open iftar juga digelar di tempat yang sangat istimewa, yaitu Kastil Windsor, pada Minggu (2/3/2025). Ini adalah kali pertama dalam sejarah ribuan tahun Kastil Windsor menyelenggarakan acara buka puasa, yang semakin menegaskan pentingnya penghormatan terhadap keberagaman agama di Inggris. Kastil yang dibangun pada abad ke-11 ini telah menjadi rumah bagi 40 raja Inggris, termasuk mendiang Ratu Elizabeth II.

Toleransi Beragama yang Semakin Tumbuh

Di samping itu, semakin banyak restoran di London yang menyediakan makanan halal, mencerminkan besarnya pasar dan toleransi terhadap umat Muslim. Eko Kurniawan menambahkan, “Cari restoran halal di London enggak susah sama sekali. Banyak yang jual makanan halal karena pasarnya memang besar.” Hal ini tentunya semakin memperkaya pengalaman Ramadhan bagi umat Muslim di London.

Namun, suasana Ramadhan yang meriah di London berbeda dengan yang dirasakan oleh warga negara Indonesia lainnya yang tinggal di Birmingham. Zakiyatul Mufidah, yang lebih akrab disapa Zaky, mengungkapkan bahwa atmosfer Ramadhan di Birmingham terasa lebih sepi. “Di sini, tidak ada perayaan khusus menyambut Ramadhan seperti di London. Festival lampu Ramadhan hanya ada di London karena wali kotanya Muslim,” kata Zaky.

Meski demikian, Zaky tetap berusaha membawa nuansa Ramadhan ke dalam kehidupan sehari-hari. Ia mendekorasi rumahnya agar suasana Ramadhan terasa lebih hidup. “Di Indonesia, kita tidak perlu dekorasi karena suasana Ramadhan sudah sangat terasa. Tapi di sini, kami harus berusaha lebih untuk menciptakan rutinitas seperti tarawih atau tadarus,” tambah Zaky. Kehilangan suara azan, sahur keliling, dan iklan sirup di televisi membuat Ramadhan di Birmingham terasa agak berbeda dan lebih sepi.

Namun, Zaky tetap bersemangat mengikuti berbagai acara buka bersama yang diadakan oleh komunitas Muslim di kampusnya dan oleh Diaspora Indonesia. Meskipun jauh dari tanah air, kegiatan ini sedikit mengobati kerinduannya terhadap suasana Ramadhan di Indonesia.

Kesimpulan: Perayaan Ramadhan yang Beragam

Ramadhan di Inggris, khususnya di London, terasa sangat semarak dengan berbagai acara dan dekorasi yang mendukung. Mulai dari open iftar di tempat-tempat bersejarah seperti Stadion Wembley dan Kastil Windsor hingga meningkatnya jumlah restoran halal di London, menunjukkan bahwa toleransi dan penghormatan terhadap keberagaman agama semakin berkembang. Meskipun ada perbedaan suasana antara London dan Birmingham, semangat Ramadhan tetap terjaga di seluruh Inggris, memberikan pengalaman yang unik bagi setiap umat Muslim yang merayakannya di negeri yang jauh dari tanah air.

Categories
Berita Internasional Home

Kenali Mark Carney, Sosok yang Disebut-sebut Jadi PM Baru Kanada

Ottawa – Partai Liberal Kanada telah menetapkan Mark Carney sebagai pemimpin baru, menggantikan Justin Trudeau yang mengundurkan diri dari jabatannya pada Januari 2025. Carney meraih kemenangan telak dalam pemilihan internal yang berlangsung pada Minggu (9/3/2025), dengan perolehan 86 persen suara, mengalahkan pesaing terdekatnya, Chrystia Freeland, mantan Menteri Keuangan Kanada.

Pemilihan ini diikuti oleh sekitar 152.000 anggota Partai Liberal. Dengan kemenangan tersebut, Carney kini bersiap untuk memimpin Kanada ke arah baru. Namun, siapakah sosok Carney, dan bagaimana rekam jejaknya di dunia ekonomi dan perbankan?

Perjalanan Karier Mark Carney di Dunia Ekonomi

Mark Carney dilahirkan pada 16 Maret 1965 di Fort Smith, wilayah Northwest Territories, Kanada. Ia merupakan seorang ekonom berpengaruh yang telah memegang posisi penting di dunia keuangan internasional. Carney pernah menjabat sebagai Gubernur Bank of Canada (BOC) dari 2008 hingga 2013, serta Gubernur Bank of England (BOE) dari 2013 hingga 2020—menjadikannya orang pertama di luar Inggris yang memegang jabatan tersebut.

Pendidikan tinggi Carney dimulai di Universitas Harvard, tempat ia meraih gelar sarjana ekonomi pada 1988. Ketertarikannya terhadap ekonomi semakin berkembang setelah mendengar ceramah dari ekonom ternama, John Kenneth Galbraith. Ia kemudian melanjutkan studi ke Universitas Oxford, meraih gelar M.Phil. pada 1993 dan D.Phil. pada 1995.

Sebelum berkarier di pemerintahan, Carney bekerja di perusahaan investasi global Goldman Sachs, di mana ia berperan dalam beberapa proyek besar, termasuk membantu Afrika Selatan mengakses pasar obligasi internasional pasca-apartheid dan menjadi penasihat keuangan bagi Rusia saat mengalami krisis ekonomi pada 1998.

Pada 2000, ia kembali ke Kanada dan mulai terlibat dalam kebijakan ekonomi nasional. Kariernya terus menanjak hingga akhirnya dipercaya sebagai Gubernur Bank of Canada pada 2008, tepat saat dunia menghadapi krisis keuangan global.

Kebijakan Berani di Tengah Krisis Global

Sebagai Gubernur Bank of Canada, Carney dikenal karena pendekatannya yang cepat dan strategis dalam menghadapi krisis ekonomi 2008. Salah satu langkah beraninya adalah menurunkan suku bunga sebesar 0,5 persen, bahkan sebelum negara lain mengambil tindakan serupa.

Pada April 2009, ia kembali mengambil langkah progresif dengan berjanji mempertahankan suku bunga rendah selama 12 bulan guna menjaga stabilitas pasar kredit dan meningkatkan kepercayaan bisnis. Keputusannya terbukti berhasil, membuat Kanada menjadi salah satu negara anggota G7 yang mampu pulih lebih cepat dibandingkan negara lainnya.

Kepiawaiannya dalam mengelola ekonomi membawa Carney ke panggung internasional. Selanjutnya, ia diberikan amanah untuk memimpin Komite Sistem Keuangan Global di Bank for International Settlements, serta menjabat sebagai Ketua Dewan Stabilitas Keuangan yang berpusat di Swiss.

Pada 2012, ia kembali mencetak sejarah ketika Menteri Keuangan Inggris George Osborne menunjuknya sebagai Gubernur Bank of England (BOE), menjadikannya orang non-Inggris pertama yang menduduki posisi tersebut.

Tantangan Memimpin Inggris di Tengah Gejolak Brexit

Saat mengambil alih jabatan di BOE pada 2013, Inggris sedang berupaya bangkit dari krisis ekonomi 2008. Carney menerapkan strategi “panduan ke depan”, yakni mempertahankan suku bunga rendah hingga angka pengangguran turun di bawah 7 persen.

Namun, tantangan terbesar datang pada 2016, ketika Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa (Brexit). Ketidakpastian pasar dan kekhawatiran ekonomi pasca-referendum membuat Carney harus mengambil kebijakan yang lebih hati-hati untuk menjaga stabilitas keuangan Inggris.

Ia tetap menjabat sebagai Gubernur BOE hingga 2020, sebelum akhirnya kembali ke Kanada dan semakin aktif dalam kebijakan publik serta isu-isu lingkungan.

Era Baru Kepemimpinan di Kanada

Kini, dengan pengalaman luasnya dalam ekonomi dan keuangan global, Mark Carney dipercaya untuk memimpin Partai Liberal Kanada. Keberhasilannya dalam menghadapi krisis keuangan global dan dinamika ekonomi internasional menjadi modal penting dalam membawa Kanada ke arah yang lebih stabil dan progresif.

Dengan kepemimpinannya, publik menantikan bagaimana kebijakan ekonomi Carney akan diterapkan di Kanada, serta bagaimana ia akan menghadapi tantangan politik dan ekonomi yang ada pasca-kepemimpinan Justin Trudeau.

Categories
Berita Internasional

Trump Ajak Iran Kembali Berunding, Kirim Surat ke Khamenei

Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkapkan bahwa dirinya telah mengirim surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, untuk mendorong negosiasi baru terkait program nuklir Iran. Trump juga memberikan peringatan bahwa jika negosiasi tidak dilakukan, tindakan militer bisa menjadi opsi yang diambil.

Dilansir dari AFP, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menegaskan bahwa negaranya tidak akan berunding selama AS tetap menerapkan kebijakan “tekanan maksimum”. Meski begitu, Iran tidak secara langsung menanggapi klaim Trump mengenai surat yang dikirimkan kepada Khamenei.

Perubahan Sikap Trump dan Posisi AS yang Dilema

Pendekatan yang diambil oleh Trump ini menandai pergeseran sikap dari kebijakan kerasnya saat pertama kali menjabat sebagai Presiden AS. Langkah ini juga berpotensi menempatkan Washington dalam posisi yang sulit, terutama dengan sekutunya, Israel, yang tahun lalu melakukan serangan bom terhadap Iran.

“Semoga kita bisa mencapai kesepakatan damai,” ujar Trump saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Jumat (7/3). Ia juga menambahkan bahwa situasi terkait program nuklir Iran telah memasuki tahap krusial.

“Saya lebih memilih jalur diplomasi dibanding opsi lain,” kata Trump, merujuk pada kemungkinan aksi militer. “Namun, jika opsi lain harus dilakukan, maka itu akan menjadi solusi akhir atas permasalahan ini.”

Sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan Fox Business, Trump menyebutkan bahwa dalam suratnya kepada Khamenei, ia menyampaikan pesan:
“Saya harap Anda mau bernegosiasi, karena jika kita harus bertindak secara militer, itu akan menjadi situasi yang sangat buruk bagi mereka.”

Namun, hingga saat ini belum jelas bagaimana surat tersebut dikirim, karena perwakilan Iran di PBB mengklaim belum menerimanya.

Riwayat Ketegangan AS-Iran dalam Isu Nuklir

Kesepakatan nuklir Iran pertama kali dinegosiasikan oleh mantan Presiden AS, Barack Obama, pada tahun 2015. Perjanjian tersebut menawarkan keringanan sanksi bagi Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.

Namun, pada tahun 2018, Trump—yang saat itu menjabat sebagai presiden—memutuskan untuk menarik AS dari kesepakatan tersebut dan menerapkan kembali sanksi sepihak terhadap Iran, meski mendapat keberatan dari sekutu Eropa. Iran, yang berulang kali membantah sedang mengembangkan senjata nuklir, sempat mematuhi perjanjian itu tetapi kemudian membatalkan komitmennya setelah AS keluar dari kesepakatan.

Saat ini, menurut pejabat AS, Iran diperkirakan hanya membutuhkan waktu beberapa minggu untuk mampu membuat bom nuklir jika mereka memutuskan untuk melakukannya.

Strategi Trump Pasca Kembali ke Gedung Putih

Sekembalinya ke Gedung Putih, Trump menyatakan bahwa ia akan kembali menerapkan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran, meskipun dengan sikap yang lebih berhati-hati.

Sejak itu, ia juga mengganti beberapa pejabat dari masa kepemimpinannya sebelumnya dan berjanji untuk menjauh dari kelompok-kelompok kebijakan luar negeri yang dianggapnya sebagai penghasut konflik internasional.

Di sisi lain, miliarder Elon Musk, yang dikenal sebagai sekutu dekat Trump, dilaporkan telah bertemu dengan duta besar Iran untuk PBB tak lama setelah pemilu. Pertemuan tersebut disebut-sebut sebagai bagian dari upaya Trump untuk menyampaikan pesan bahwa ia menginginkan stabilitas dan jalur diplomasi dalam hubungan dengan Iran.

Categories
Berita Internasional Home

Greenland Menolak AS, Siapa Sebenarnya Etnis Mayoritasnya?

Keinginan Amerika Serikat untuk menjadikan Greenland sebagai bagian dari wilayahnya tampaknya tidak mendapat dukungan dari mayoritas penduduk setempat. Berdasarkan jajak pendapat terbaru yang dilakukan oleh Verian, hasilnya menunjukkan bahwa 85 persen warga Greenland menolak bergabung dengan AS.

Jajak pendapat ini dilakukan oleh dua surat kabar Denmark, Berlingske dan Greenland Sermitsiaq, yang juga mengungkap bahwa hanya 6 persen dari warga yang setuju jika Greenland lepas dari Denmark dan menjadi bagian dari AS. Sementara itu, 9 persen lainnya belum menentukan sikap terkait isu ini.

Pandangan Beragam Terkait Ambisi AS

Selain menolak rencana tersebut, jajak pendapat juga mencatat bahwa 45 persen warga Greenland menganggap ambisi AS sebagai ancaman, sementara 43 persen lainnya melihatnya sebagai peluang. Adapun 13 persen warga memilih untuk abstain dalam jajak pendapat ini.

Profesor ilmu politik dari University of Copenhagen, Moller Hansen, menilai survei ini sebagai langkah penting dalam memahami sikap warga Greenland terhadap isu geopolitik yang tengah berkembang.

“Ini merupakan jajak pendapat pertama yang secara langsung menanyakan pendapat populasi Greenland mengenai masa depan wilayah mereka. Hasilnya menunjukkan dengan sangat jelas bahwa mereka tidak ingin menjadi bagian dari Amerika,” kata Hansen, dikutip dari AFP.

Hasil survei ini muncul tidak lama setelah Donald Trump, dalam pidato perdananya di Kongres pada Selasa (4/3), kembali menegaskan ambisinya untuk mengakuisisi Greenland dari Denmark. Ia bahkan mengklaim bahwa warga Greenland akan menjadi lebih makmur jika berada di bawah pemerintahan AS.

Greenland: Pulau Luas dengan Penduduk Minim

Greenland merupakan pulau terbesar di dunia yang tidak masuk dalam kategori benua. Dengan luas mencapai 2,16 juta kilometer persegi, wilayah ini bahkan lebih besar dari gabungan beberapa negara Eropa, seperti Prancis, Jerman, Spanyol, Italia, dan Inggris.

Sejak tahun 1979, Greenland berstatus sebagai wilayah otonom Denmark dengan pemerintahan sendiri. Namun, jaraknya yang mencapai 3.500 kilometer dari Copenhagen membuatnya memiliki hubungan yang cukup unik dengan Denmark.

Terlepas dari namanya yang berarti Tanah Hijau, sekitar 80 persen wilayah Greenland tertutup oleh lapisan es. Meski memiliki luas yang sangat besar, pulau ini hanya dihuni oleh sekitar 56.000 orang, menjadikannya salah satu wilayah dengan kepadatan penduduk paling rendah di dunia.

Siapa Penduduk Asli Greenland?

Penduduk asli Greenland berasal dari suku Inuit, yang telah mendiami wilayah ini sejak sekitar 4.500 tahun yang lalu. Mereka berasal dari daerah yang kini dikenal sebagai Alaska dan Kanada, bermigrasi ke Greenland saat wilayah tersebut masih terhubung oleh lapisan es.

Menurut catatan Britannica, Greenland pertama kali dihuni oleh budaya kuno seperti Saqqaq, Dorset, dan Thule, di mana budaya Thule menjadi nenek moyang langsung bagi Inuit modern yang saat ini tinggal di Greenland.

Selain Inuit, bangsa Viking Norse yang dipimpin oleh Erik the Red juga sempat mendirikan pemukiman di Greenland pada abad ke-10. Namun, pemukiman Viking tersebut akhirnya punah pada abad ke-15.

Bahasa, Kehidupan, dan Ekonomi di Greenland

Bahasa resmi yang digunakan oleh penduduk setempat adalah Greenlandic (Kalaallisut), meskipun banyak warga juga fasih berbahasa Danish dan Inggris.

Ibu kota Greenland, Nuuk, merupakan kota terbesar sekaligus pusat pemerintahan, dengan populasi sekitar 19.000 jiwa. Jika dibandingkan, jumlah ini bahkan lebih kecil dari penduduk di satu kecamatan di Jakarta Selatan.

Meskipun modernisasi mulai berkembang, sebagian besar masyarakat Greenland masih mengandalkan perburuan dan perikanan sebagai sumber mata pencaharian utama.

Dengan posisi geopolitik yang strategis dan sumber daya alam yang kaya, Greenland menjadi wilayah yang banyak dilirik oleh negara-negara besar, termasuk Amerika Serikat. Namun, berdasarkan hasil survei terbaru, mayoritas penduduknya masih ingin tetap berada di bawah naungan Denmark.

Categories
Berita Internasional Home

Israel Miliki Panglima Militer Baru, Target Utama: Kalahkan Hamas

Panglima militer baru Israel, Eyal Zamir, resmi dilantik pada Rabu, 5 Maret 2025, menggantikan Letnan Jenderal Herzi Halevi yang mengundurkan diri pada Januari lalu. Dalam acara pelantikannya, Zamir menegaskan komitmennya untuk mengalahkan Hamas Palestina, meskipun situasi politik dan ketegangan gencatan senjata masih belum pasti.

Dilansir dari Al Jazeera, Zamir menyatakan bahwa meskipun Hamas telah mendapatkan banyak pukulan berat, kelompok ini masih belum dikalahkan. “Misinya belum tercapai,” ujarnya dalam pidato pelantikan yang berlangsung di Tel Aviv. Pernyataan ini menggarisbawahi tekad Zamir untuk melanjutkan pertempuran melawan Hamas, yang menjadi salah satu prioritas utama dalam agenda militernya.

Zamir, yang sebelumnya menjabat sebagai direktur di Kementerian Pertahanan Israel, menyebut tahun 2025 sebagai “tahun pertempuran”. Menurut laporan media Israel, ia berencana untuk meningkatkan intensitas pertempuran di Gaza, yang menjadi fokus utama dalam strategi militer Israel. Media Israel Walla melaporkan bahwa saat ini, Zamir sedang merencanakan operasi darat berskala besar di Gaza, yang bertujuan untuk memberi tekanan lebih besar kepada Hamas.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, juga menyampaikan dukungannya terhadap Zamir dalam pidato yang dihadiri pada pelantikan tersebut, menegaskan bahwa Israel tetap bertekad untuk meraih kemenangan dalam perang. “Kami akan memastikan kemenangan,” kata Netanyahu.

Selain Gaza, Zamir juga akan memikul tanggung jawab terhadap strategi serangan Israel di Tepi Barat, yang dalam beberapa minggu terakhir telah menghadapi serangan-serangan dari berbagai pihak. Karir militer Zamir sangat berpengalaman, dengan latar belakang sebagai perwira dalam pertempuran Intifada Kedua dan menjabat sebagai sekretaris militer Netanyahu antara 2012 hingga 2015.

Zamir dikenal sebagai pendiri Israel Defence and Security Forum, sebuah lembaga think tank yang berhaluan kanan, dan telah mendesak kebijakan yang lebih agresif terhadap Iran dan sekutunya. Beberapa sumber keamanan Israel menyebutkan bahwa kemungkinan besar Zamir akan memperluas serangan darat di Gaza dan menduduki wilayah tersebut lebih lama.

Pelantikan Zamir ini terjadi di tengah ketegangan terkait gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan Hamas, yang telah berlangsung sejak 19 Januari 2025. Meskipun kedua belah pihak sepakat untuk memasuki fase kedua dari gencatan senjata tersebut, belum ada kejelasan mengenai kelanjutan perundingan. Israel bertekad untuk memperpanjang fase pertama gencatan, yang sebenarnya sudah berakhir pada 2 Maret, namun Hamas menolak untuk melanjutkan dan hanya ingin beralih ke fase kedua sesuai kesepakatan awal.

Dengan situasi yang masih penuh ketidakpastian, pelantikan Zamir menjadi sorotan besar, mengingat rencana-rencana agresif yang kemungkinan akan memperburuk ketegangan di wilayah tersebut.

Categories
Berita Internasional Home

Bikin Geger! Murid SMP Kompak Tato di Kelas, Guru Tak Bertindak?

Sebuah insiden mengejutkan terjadi di Travis Intermediate School, Texas, yang melibatkan sejumlah siswa yang membuat tato di dalam kelas menggunakan jarum yang sama. Kejadian ini memicu kekhawatiran serius terkait potensi penyebaran penyakit menular, seperti Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV.

Pihak sekolah segera mengambil tindakan dengan mewajibkan para siswa yang terlibat untuk menjalani tes darah guna memastikan bahwa mereka tidak terjangkit penyakit menular. Beberapa guru yang diduga mengetahui atau membiarkan kejadian ini terjadi telah dikenai sanksi skorsing sementara sambil menunggu hasil investigasi lebih lanjut.

Orangtua Murid Kecewa: “Bagaimana Bisa Ini Terjadi di Kelas?”

Pada Senin (3/3/2025), Ashley Armstrong, seorang ibu yang anaknya terlibat dalam kejadian tersebut, mengungkapkan kekecewaannya. Putranya, Jordan Armstrong (11 tahun), kini memiliki tato yang tertulis “I heart my lord” di lengannya dan inisial “JC” di tangannya. Ashley mengatakan bahwa tato tersebut menyebabkan luka yang serius pada kulit putranya, yang kini robek dan bernanah.

“Kami sangat khawatir, apalagi setelah mengetahui bahwa jarum yang digunakan untuk tato tersebut dipakai secara bergantian oleh banyak siswa,” kata Ashley dengan nada kecewa. Ia juga mempertanyakan mengapa tidak ada guru yang menyadari kejadian ini.

Beberapa orangtua lainnya juga mengungkapkan kekhawatiran mereka, bahkan ada yang menuduh bahwa tato tersebut dibuat di hadapan guru, meskipun hingga saat ini pihak sekolah belum memberikan konfirmasi terkait klaim tersebut.

Proses Investigasi Berlanjut, Guru-Guru Diberikan Sanksi

Jordan Armstrong telah menjalani tes darah dan hasilnya dinyatakan negatif terhadap penyakit menular. Namun, ia masih dijadwalkan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan dalam beberapa hari mendatang. Pihak sekolah dan otoritas pendidikan setempat tengah menyelidiki lebih lanjut insiden ini dan memastikan bahwa kejadian serupa tidak akan terulang di masa depan.

Pihak administrasi sekolah mengonfirmasi bahwa mereka telah menerima laporan mengenai kejadian ini dan tengah melakukan investigasi yang lebih mendalam. Dalam pernyataan resmi, seorang perwakilan dari distrik pendidikan setempat menyatakan, “Kami menerima laporan tentang sekelompok siswa yang membuat tato menggunakan jarum yang sama. Ini sedang kami selidiki secara menyeluruh.”

Mereka juga menegaskan bahwa insiden semacam ini tidak dapat diterima dan tindakan disipliner akan diambil. “Kami sangat mengecam kejadian ini dan bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk mengidentifikasi semua siswa yang terlibat serta mengambil langkah-langkah untuk mencegah kejadian serupa di masa depan,” tambah pernyataan tersebut.

Penanganan ke Depan

Hingga saat ini, penyelidikan masih berlangsung untuk mengidentifikasi siapa saja yang bertanggung jawab atas insiden ini. Pihak sekolah dan otoritas terkait memastikan akan terus mengawasi perkembangan situasi dan memberikan pembaruan kepada masyarakat. Sementara itu, orangtua dan pihak sekolah berkomitmen untuk menjaga keamanan dan kesehatan siswa agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di masa mendatang.

Keprihatinan terhadap insiden ini menunjukkan pentingnya pengawasan yang ketat di lingkungan sekolah, serta penguatan aturan yang dapat mencegah risiko kesehatan yang membahayakan bagi para siswa.