Categories
Berita Internasional Home

Diplomasi Riyadh: AS dan Rusia Bahas Perdamaian Ukraina, China Apresiasi Langkah Negosiasi

Pemerintah China terus memantau perkembangan negosiasi antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia dalam upaya penyelesaian konflik Ukraina. China juga mengapresiasi langkah-langkah perundingan perdamaian yang telah ditempuh kedua negara tersebut.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers di Beijing pada Selasa (18/2), menyatakan bahwa negaranya mendukung segala upaya yang bertujuan mencapai perdamaian, termasuk kesepakatan yang telah dicapai dalam perundingan antara AS dan Rusia.

Pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Istana Diriyah, Riyadh, Arab Saudi. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari pembicaraan sebelumnya antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (12/2).

Guo Jiakun menegaskan bahwa China percaya dialog dan negosiasi adalah satu-satunya solusi yang layak untuk menyelesaikan konflik ini. Dia juga berharap semua pihak terkait dapat berkontribusi secara konstruktif dalam perundingan damai.

Sejak awal konflik Ukraina, China telah mendorong penyelesaian krisis melalui dialog dan membentuk kelompok “Sahabat untuk Perdamaian” bersama Brasil serta negara-negara Selatan Global lainnya. Inisiatif ini, menurut Guo Jiakun, mencerminkan pendekatan yang objektif, netral, rasional, dan pragmatis serta mendapat dukungan luas dari komunitas internasional.

Dalam pertemuan di Riyadh, Rubio didampingi oleh Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz dan Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff, sementara Lavrov didampingi Penasihat Kebijakan Luar Negeri Rusia Yuri Ushakov. Hadir pula Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan al-Saud serta Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Mosaad bin Mohammad al-Aiban sebagai tuan rumah.

Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan mengenai mekanisme konsultasi untuk memperbaiki hubungan bilateral antara AS dan Rusia, termasuk potensi penataan ulang staf kedutaan. Selain itu, kedua belah pihak juga mulai menyusun strategi penghentian konflik di Ukraina dengan pendekatan yang berkelanjutan dan dapat diterima semua pihak.

Para pengamat menilai bahwa pertemuan di Riyadh merupakan langkah strategis Trump untuk mengubah kebijakan luar negeri AS yang selama tiga tahun terakhir fokus pada isolasi Rusia. Langkah ini juga dianggap sebagai upaya membuka jalan bagi pertemuan langsung antara Trump dan Putin di masa mendatang.

Namun, perundingan ini tidak melibatkan Ukraina maupun negara-negara Eropa. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan tegas menyatakan bahwa negaranya tidak akan menerima hasil negosiasi apa pun yang dilakukan tanpa keikutsertaan Ukraina. Sementara itu, negara-negara Eropa langsung menggelar pertemuan darurat untuk merespons perkembangan ini.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumpulkan para pemimpin Eropa di Istana Elysee, Paris, pada Senin (17/2) untuk membahas dukungan terhadap Ukraina. Namun, para pemimpin Eropa memiliki pandangan berbeda mengenai usulan pengerahan pasukan penjaga perdamaian. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyatakan kesiapan untuk mengirimkan pasukan Inggris dalam misi penjaga perdamaian. Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen terbuka terhadap gagasan gencatan senjata, sementara Kanselir Jerman Olaf Scholz mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap perundingan damai yang dilakukan tanpa persetujuan Ukraina.

Di sisi lain, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menolak usulan pengiriman pasukan penjaga perdamaian Eropa, sedangkan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menegaskan bahwa solusi apa pun harus mencegah Rusia melancarkan agresi ke negara lain di masa depan.

Ketegangan antara AS dan Eropa semakin meningkat setelah Trump memulai negosiasi langsung dengan Putin tanpa melibatkan sekutu-sekutu Eropanya. Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menegaskan bahwa pasukan AS tidak akan terlibat dalam jaminan keamanan bagi Ukraina, dan justru menyarankan agar negara-negara Eropa yang mengirimkan pasukan penjaga perdamaian.

Categories
Berita Internasional Home

Klaim Bebas Biaya AS di Terusan Panama Dibantah, Ketegangan Baru Muncul

Amerika Serikat mengklaim bahwa kapal-kapal pemerintahnya kini dapat melintasi Terusan Panama tanpa dikenakan biaya, sebuah kebijakan yang disebut dapat menghemat jutaan dolar bagi pemerintah AS setiap tahunnya. Pernyataan ini disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri AS melalui akun resmi X pada Rabu (5/2).

Menurut pernyataan tersebut, pemerintah Panama telah menyetujui kebijakan tersebut, dan memungkinkan kapal-kapal pemerintah AS melintas tanpa biaya. Keputusan ini diambil hanya beberapa hari setelah Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengunjungi Panama dalam lawatan pertamanya ke Amerika Tengah dan Karibia.

Namun, klaim ini segera mendapat bantahan dari Otoritas Terusan Panama (ACP) pada Kamis (6/2). Dalam pernyataan resminya, ACP menegaskan bahwa mereka memiliki kewenangan eksklusif dalam menetapkan tarif tol dan biaya lainnya, serta tidak ada perubahan atau pengecualian biaya untuk kapal pemerintah AS.

ACP juga menyatakan bahwa keterbukaannya untuk berunding dengan AS mengenai transit kapal-kapal militer, tetapi menegaskan bahwa belum ada kesepakatan resmi terkait pembebasan biaya yang diklaim oleh Washington.

Ketegangan semakin meningkat setelah pertemuan antara Rubio dan Presiden Panama, José Raúl Mulino, serta Menteri Luar Negeri Javier Martínez-Acha pada Minggu (2/2). Dalam pertemuan tersebut, Rubio mendorong Panama untuk mengurangi pengaruh China di sekitar Terusan Panama, memperingatkan bahwa pemerintahan Trump akan mengambil “langkah-langkah yang diperlukan” jika Panama gagal melakukannya.

Categories
Berita Internasional Home

IOM Hentikan Kegiatan di Republik Demokratik Kongo Akibat Penghentian Sementara USAID

Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) terpaksa menghentikan operasionalnya di Republik Demokratik Kongo (DRC) akibat dampak dari penghentian sementara aktivitas Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Keputusan ini memengaruhi banyak mitra PBB lainnya yang juga terhenti kegiatannya.

Pernyataan ini disampaikan oleh Vivian van de Perre, Wakil Kepala Misi Stabilisasi PBB di DRC (MONUSCO), pada sesi pengarahan PBB yang diadakan pada Rabu, 5 Februari 2025. “Saya baru saja diberitahu bahwa banyak mitra kami, termasuk IOM yang merupakan mitra utama, harus menghentikan operasional mereka akibat penghentian kegiatan USAID,” ujar Perre.

Langkah ini merupakan dampak dari perintah eksekutif yang dikeluarkan oleh Presiden AS Donald Trump pada 20 Januari 2025, yang menangguhkan seluruh bantuan luar negeri selama 90 hari. Langkah ini diambil sebagai bagian dari peninjauan ulang komitmen keuangan AS di luar negeri sesuai dengan kebijakan “America First” yang digagas oleh pemerintahannya.

Pada 3 Februari, Presiden Trump menunjuk Menteri Luar Negeri Marco Rubio untuk memimpin USAID secara sementara. Rubio kemudian menginformasikan Kongres AS bahwa sedang dilakukan evaluasi terhadap aktivitas bantuan luar negeri yang kemungkinan akan berujung pada reorganisasi. Saat ini, situs resmi USAID menginformasikan bahwa seluruh pegawai tetap akan mendapatkan cuti administratif mulai 7 Februari, kecuali mereka yang bertanggung jawab atas program yang sangat penting dan mendesak.

Sementara itu, miliarder Elon Musk yang memimpin Departemen Efisiensi Pemerintahan AS (DOGE) menyatakan bahwa Trump telah menyetujui pembubaran USAID, menyebut badan tersebut sebagai “organisasi kriminal” yang harus dihapuskan.