Paus Fransiskus menghabiskan malam kesembilannya di rumah sakit dengan kondisi yang relatif tenang, sebagaimana dikonfirmasi oleh Vatikan pada Minggu pagi (25/2). “Malam berlalu dengan damai, Paus dapat beristirahat,” demikian pernyataan resmi Vatikan yang dikutip dari AFP.
Namun, kondisi kesehatan pemimpin 1,4 miliar umat Katolik itu masih menjadi perhatian serius. Sehari sebelumnya, Paus mengalami kesulitan bernapas dan harus menerima transfusi darah. Vatikan menyatakan bahwa prognosisnya masih belum dapat dipastikan, sementara pemantauan ketat terus dilakukan terhadap kesehatannya.
Sumber dari dalam Vatikan mengungkapkan bahwa Paus tidak menjalani rutinitas paginya seperti biasa, termasuk melewatkan sarapan dan membaca koran. Sejak dirawat pada 14 Februari akibat bronkitis yang berkembang menjadi pneumonia ganda, kondisinya sempat menunjukkan perbaikan. Namun, harapan itu sirna setelah krisis pernapasan kembali menghampirinya pada Sabtu pagi (22/2), sehingga ia memerlukan oksigen aliran tinggi.
Tes darah terbaru mengungkapkan bahwa Paus mengalami trombositopenia, sebuah kondisi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah dan meningkatkan risiko pendarahan. Akibatnya, ia harus menjalani transfusi darah demi menstabilkan kesehatannya. Meski tetap sadar sepanjang hari, ia merasakan penderitaan yang lebih berat dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Media Italia menggambarkan situasi ini sebagai “hari tergelap” bagi Vatikan. Ahli virus Fabrizio Pregliasco menilai bahwa beberapa jam dan hari ke depan akan menjadi momen paling krusial bagi kesehatan Paus Fransiskus.
Demi mengantisipasi kondisinya, Vatikan telah mengumumkan bahwa Paus tidak akan memimpin doa Angelus seperti biasanya. Sebagai gantinya, teks doa akan dipublikasikan secara resmi. Sementara itu, seorang uskup senior telah ditunjuk untuk memimpin misa Minggu pagi dalam rangka peringatan Yubileum 2025.
Di Basilika Santo Petrus, Kardinal Rino Fisichella memimpin doa khusus bagi kesembuhan Paus, sementara umat Katolik dijadwalkan berkumpul di Basilika Santo Yohanes Lateran untuk mendoakan pemulihannya. Di luar rumah sakit Gemelli, biarawati dan pendeta dari berbagai negara turut berkumpul, menyanyikan lagu-lagu rohani, dan menyalakan lilin sebagai bentuk solidaritas.
Dalam beberapa kesempatan, Paus Fransiskus pernah menyatakan bahwa kepemimpinan dalam Gereja Katolik adalah tugas seumur hidup. Namun, ia juga tidak menutup kemungkinan untuk mundur, seperti yang dilakukan oleh Paus Benediktus XVI. Meski belum ada indikasi pengunduran diri, kondisi kesehatannya yang semakin menurun kembali memunculkan pertanyaan mengenai kemampuannya dalam memimpin Gereja Katolik ke depannya.