Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menciptakan kontroversi dengan keputusannya memecat Paul Martin, Inspektur Jenderal Badan Pembangunan Internasional AS (USAID), pada Rabu (12/2/2025). Pemecatan mendadak ini terjadi di tengah ketidakpastian masa depan USAID, yang kabarnya tengah menuju pembubaran di bawah kebijakan pemerintahan Trump.
Menurut laporan Washington Post, CNN, dan beberapa media AS lainnya, Martin diberhentikan secara tiba-tiba melalui email singkat dari Gedung Putih.
“Dipecat, berlaku segera.”
Pesan singkat tersebut dilaporkan dikutip dari kantor berita AFP, tanpa ada penjelasan lebih lanjut mengenai alasan pemecatannya.
Keputusan ini diambil hanya sehari setelah USAID mengeluarkan peringatan serius mengenai dampak buruk dari potensi pembubaran badan tersebut. Lembaga ini menyatakan bahwa kebijakan yang diambil pemerintah dapat mengancam keberlangsungan bantuan kemanusiaan global, yang nilainya mencapai ratusan juta dolar.
Dampak Pemecatan dan Nasib Bantuan USAID
“Sejak kembali menduduki jabatan pada 20 Januari 2025, Trump telah memberhentikan sedikitnya 18 inspektur jenderal yang berperan sebagai pengawas independen di pemerintahan federal.” Langkah ini merupakan bagian dari strategi untuk merampingkan atau bahkan membubarkan berbagai badan pemerintah, termasuk USAID.
Menurut pernyataan resmi dari USAID, pemangkasan ini berpotensi menghentikan distribusi bantuan pangan senilai lebih dari 489 juta dolar AS (sekitar Rp 8 triliun).
“Gelombang pemutusan hubungan kerja yang meluas di berbagai lembaga, ditambah dengan ketidakjelasan terkait cakupan bantuan asing serta pembatasan komunikasi dengan pihak pelaksana, telah menghambat efektivitas USAID dalam menyalurkan serta mempertahankan bantuan kemanusiaan,” demikian pernyataan resmi yang dilaporkan oleh AFP.
USAID selama ini dikenal sebagai lembaga utama penyedia bantuan kemanusiaan AS yang menjangkau lebih dari 120 negara. Lembaga ini memiliki anggaran 42,8 miliar dolar AS (sekitar Rp 700,5 triliun) dan menyumbang sekitar 42% dari total bantuan kemanusiaan global.
Namun, sejak masa kepemimpinan Trump, bantuan luar negeri terus mengalami pemangkasan. Kebijakan ini berdampak besar pada operasional USAID:
✅ Ribuan staf USAID telah dipulangkan dari berbagai negara.
✅ Jumlah pegawai USAID dipangkas drastis, dari sekitar 10.000 orang menjadi hanya 300 orang.
✅ Program bantuan dan tanggap darurat global terancam terhenti atau dialihkan.
USAID dan Pengaruh Geopolitik AS
Selama ini, USAID berfungsi sebagai alat diplomasi soft power bagi AS dalam persaingan geopolitik global, khususnya dalam menghadapi pengaruh China. Dengan pemangkasan anggaran dan potensi pembubaran lembaga ini, para analis menilai bahwa dominasi AS dalam bantuan kemanusiaan akan semakin melemah.
Kebijakan Trump yang mengurangi keterlibatan AS dalam bantuan luar negeri bisa membuka jalan bagi negara lain, seperti China, untuk mengisi kekosongan tersebut dengan strategi diplomasi ekonominya.
Kesimpulan
Pemecatan Paul Martin sebagai Inspektur Jenderal USAID menambah daftar panjang kebijakan kontroversial Trump dalam periode keduanya sebagai Presiden AS. Keputusan ini tidak hanya mengguncang internal USAID, tetapi juga menimbulkan dampak luas pada bantuan kemanusiaan global.
Dengan semakin berkurangnya peran USAID, masa depan bantuan kemanusiaan AS menjadi semakin tidak pasti. Akankah kebijakan ini berdampak pada posisi AS di kancah global? Atau justru membuka peluang bagi kekuatan lain untuk menguasai sektor ini?
Waktu yang akan menjawabnya.